Ceramah Ibu Amanda Katili Niode di seminar yang berjudul "Vegan Organik untuk Kemakmuran dan Menyelamatkan Bumi dari Perubahan Iklim"
Pada hari Kamis, 22 Oktober 2009, acara yang berjudul "Vegan Organik untuk Kemakmuran dan Menyelamatkan Bumi dari Perubahan Iklim" diadakan di Jakarta, ibukota dari Indonesia. Acara langsung ini juga disiarkan ke seluruh dunia melalui Supreme Master TV.
Ada banyak tokoh terhormat yang hadir termasuk Yang Mulia Sri Hudyastuti, Asisten Menteri Ekonomi dan Penanggulangan Kemiskinan. Juga hadir sebagai pembicara adalah Dr. Hira Jhamtani, asosiasi dari Jaringan Negara Ketika yang ada di Bali, Indonesia; Dokter angkatan laut Indonesia dan vegan Dr. Anton Budiono, serta Profesor Aris Ananta, peneliti senior di Institut Penelitian Asia Tenggara di Singapura.
Selain pembicara di atas, kita semua mendapat kehormatan untuk mendengarnya dari Ibu Amanda Katili Niode. Beliau adalah asisten khusus dari Kementerian Lingkungan Hidup Indonesia, dan anggota Dewan Nasional Urusan Perubahan Iklim. Ia telah mendapat kesempatan untuk menerima latihan langsung dari Bapak Al Gore, mantan Wakil Presiden Amerika Serikat dan penerima Hadiah Nobel Perdamaian tahun 2007, atas upayanya dalam menambah dan menyebarkan lebih banyak pengetahuan tentang perubahan iklim, dan memberikan dasar langkah-langkah mendesak yang dibutuhkan untuk menetralkan perubahan itu. Ceramahnya hari ini berjudul “Perubahan Iklim dan Dampaknya terhadap Kehidupan.” Berikut kutipan ceramah dari beliau. Untuk videonya dapat didownload di:
http://www.suprememastertv.com/bbs/tb.php/sos_video_ina/140 (Bagian 2)
Ibu Amanda Katili Niode:
Terima kasih atas sambutan yang hangat ini. Assalam walikum varahmatullahi vabarakatu. Salam sejahtera bagi kita semua.
Ibu-ibu dan bapak-bapak sekalian, apa yang akan kami coba tayangkan pada siang hari ini adalah visualisasi dari apa yang telah disampaikan oleh staf ahli untuk Menteri Lingkungan Hidup, Ibu Sri Hudyastuti, dan juga beberapa gambar yang kami dapatkan dari pelatihan yang diadakan oleh Bapak Al Gore. Jadi, ada dua instansi yang akan kami coba sampaikan informasinya, yaitu dari Dewan Nasional Urusan Perubahan Iklim dan The Climate Project Indonesia. Nanti saya akan terangkan tentang apa yang dilakukan oleh organisasi ini.
Ini adalah the national vocal point of climate change in Indonesia, lembaga ini didirikan berdasarkan Peraturan Presiden No. 46 Tahun 2008 dan dipimpin langsung oleh Bapak Presiden Republik Indonesia yaitu Bapak Susilo Bambang Yudhoyono. Lalu ada 17 menteri dan ketua perwakilan ilmu iklim. Kami adalah unit pendukung dari Dewan Nasional Urusan Perubahan Iklim.
The Climate Project adalah sebuah organisasi yang didirikan oleh Al Gore, yaitu mantan Wakil Presiden Amerika dan pemenang hadiah Nobel tahun 2007. Ia telah sukses dalam kampanye tentang perubahan iklim melalui film, mungkin Anda sudah menonton film “The Inconvenient Truth”? Jadi, setelah film itu sukses, ia ditanya oleh wartawan, “Bagaimana selanjutnya?” Lalu ia berkata, “Saya akan melatih 1000 orang di Amerika Serikat agar mereka dapat memberitakan tentang krisis iklim, seperti yang telah saya lakukan, dan saya akan berikan slide-slide saya kepada mereka.” Kemudian dilatihlah 1.000 orang di Amerika, dan ada banyak orang lagi di negara-negara lain yang ingin berpartisipasi, sehingga Al Gore menyediakan pelatihan-pelatihan di Inggris, Australia, Kanada, dan di negara-negara lainnya.
Berikut ini adalah The Climate Project International, dan ada 54 orang dari Indonesia yang dilatih langsung oleh Al Gore. Kami semua adalah sukarelawan jadi kami dapat diundang ke mana-mana untuk memberikan informasi tentang perubahan iklim, tapi tentu saja kami semua akan ditempatkan tergantung pada situasi dan kondisi dari daerah asal masing-masing. Jadi, kita lihat di sini, yang di Amerika dan Meksiko itu baru selesai pelatihannya; ada yang dilatih di Australia, dan ada juga yang di India. Tentu saja, di Kanada juga ada pelatihannya. Jadi semuanya ada di delapan negara, dan Al Gore sudah menyetujui untuk dibentuknya The Climate Project Indonesia, yang kebetulan saat ini saya dipercayai untuk memimpinnya.
Dan slide berikut adalah Keadaan Masa Depan yang membuat kita benar-benar harus memperhatikan apa sebenarnya yang sedang terjadi dan apa yang harus kita lakukan. Yang tertulis dengan huruf merah itu adalah “perubahan iklim”. Ini adalah yang menghawatirkan banyak orang di seluruh dunia, termasuk kurangnya air bersih, penggurunan, dan meningkatnya harga-harga pangan dan energi seperti yang telah digambarkan dalam audio visual sebelumnya. Kita dapat melihat bahwa perubahan iklim telah menjadi suatu fenomena global. Ini adalah fenomena global yang sedang terjadi di mana-mana. Jadi, apa yang sedang kita lakukan di sini dapat mempengaruhi mereka di negara-negara lain. Dan apa yang sedang dilakukan di negara-negara lain juga akan mempengaruhi kita di sini.
Jadi, sekarang ada emisi gas rumah kaca yang dihasilkan oleh kegiatan-kegiatan manusia dan telah mengakibatkan efek kerusakan rumah kaca sehingga menyebabkan pemanasan global. Jika Bumi menjadi semakin panas, maka iklim akan berubah. Dengan berubahnya iklim, maka akan ada banyak bencana dan semakin banyak bencana susulan yang terjadi seperti di dalam gambar tadi, atau seperti yang sering kita lihat di media massa.
Berikutnya adalah keterangan tentang apa perbedaan antara cuaca dan iklim. Sebenarnya, iklim adalah keadaan dalam jangka panjang, sekitar 10 tahun, 20 tahun, atau 30 tahun, sedangkan cuaca itu adalah keadaan saat ini, misalnya sekarang suhunya memanas, lalu dingin... sehingga ada es yang meleleh, lembab, dan lain sebagainya, dan ini disebut perubahan iklim atau pola cuaca yang berubah. Jadi, pola cuaca yang berubah ini disebut sebagai perubahan iklim.
Selanjutnya yang kita lihat adalah sebuah gambar yang diambil oleh para astronot dari ruang angkasa dengan kamera. Dan yang kita lihat ini adalah gambar Bumi, umumnya secara citra satelit. Ini membuat kita semua sadar bahwa bumi itu ada batasnya. Berikutnya, mari kita lihat, misalnya jika gambar Bumi tadi kita buat datar, ia akan menjadi seperti yang sering kita lihat di atlas anak-anak kita atau adik-adik kita. Menurut informasi data terakhir, 30% lahan di Bumi adalah daerah hutan.
Selanjutnya, kita lihat bahwa Bumi itu sebenarnya ada selimutnya. Tetapi sekarang selimutnya ini terganggu. Kenapa terganggu? Ia terganggu oleh gas-gas rumah kaca, seperti yang kita lihat pada gambar berikut. Jadi, ada perubahan tata guna lahan, penggunaan bahan bakar fosil, pembakaran hutan, penggunaan pabrik-pabrik. Ini semua yang mengeluarkan gas-gas rumah kaca.
Ada 6 macam gas rumah kaca yang diatur dalam Konvensi Kerangka Kerja Perubahan Iklim Perserikatan Bangsa-Bangsa. Tetapi, yang sering menjadi ukuran adalah karbon dioksida. Jadi, banyak gas-gas itu disetarakan dengan karbon dioksida. Sedangkan dari peternakan, kita lihat ada juga yang disebut sebagai gas metana. Pengelolaan limbah juga mengeluarkan metana, dari pertanian, pembakaran biomassa, dan potensi terjadinya pemanasan global akibat metana itu jauh lebih besar, 21 kali lebih besar daripada karbon dioksida. Ini biasanya keluar dari industri-industri.
Selanjutnya kita lihat bagaimana sebenarnya situasi di Indonesia? Kita lihat posisi Indonesia dalam peta berikut sangat rentan terhadap perubahan iklim, khususnya terhadap kenaikan air laut. Emisi kita yang terbesar berasal dari mana? Jika kita lihat pada garis putih itu, 84% emisi gas kita itu berasal dari penggundulan hutan dan juga dari lahan gambut. Kita lihat negara-negara lain seperti di negara-negara maju, emisi mereka bukan dari penggundulan hutan, tapi dari industri, listrik, dan lain sebagainya. Jadi jika kita ingin mengurangi gas rumah kaca, tentunya kita harus melihat kontribusi kita yang terbesar itu dari mana, dan dari situlah kita akan berusaha untuk menanggulanginya. Ini dapat memberikan kita sekilas pemikiran bahwa sebenarnya emisi kita itu banyak terkait dengan makanan. Kita lihat bahwa sektor pertanian menjadi sumber utama emisi metana, yaitu 59% dari total emisi nasional.
Berikut adalah data dari departemen pertanian. Kita lihat bahwa gas rumah kaca yang diatur tadi, yaitu ada 6 macam. Tapi sebenarnya ada gas-gas rumah kaca yang lain yang menyebabkan efek gas rumah kaca. Apa yang dimaksud dengan efek gas rumah kaca? Ini adalah rumah kaca yang sebenarnya. Misalnya jika Anda pernah jalan-jalan ke Belanda, di sana dingin kan? Rumah kaca ini diatur sehingga tanaman di dalamnya dapat tumbuh dengan baik dan berbunga dengan indah. Nah, atapnya itulah yang seperti selimut Bumi kita.
Kita lihat berikut adalah keterangannya. Ketika matahari menyinari Bumi, sebagian besar energi panasnya itu diserap; memang harus diserap. Tapi karena ada “selimut” Bumi, panasnya tadi akan dipantulkan kembali. Sebagian besar energi panas ini akan dipantulkan kembali. Tapi, karena “selimut” Bumi telah menjadi semakin tebal akibat banyak gas yang keluar, panas tadi bukannya dipantulkan, tapi malah masuk lagi ke dalam Bumi, sehingga Bumi menjadi semakin panas.
Berikutnya kita lihat apa yang terjadi jika Bumi semakin panas? Tadi sudah disebut bahwa ada perubahan iklim. Jadi kita lihat bahwa es sudah mulai meleleh. Dalam waktu 20 tahun ia akan menjadi seperti ini. Yang ini di belahan Bumi utara, yang ini di daerah ski di Eropa, lalu lapisan es di sana habis mencair sehingga hotelnya masih ada, tapi yang main ski sudah tidak ada sehingga merugikan ekonomi mereka. Dan berikutnya kita lihat lagi, ini di belahan Bumi bagian selatan, yang terjadi sama juga. Kita lihat pada tahun 1939 ia seperti itu, kemudian beberapa puluh tahun kemudian, di tahun 2001 menjadi habis.
Yang mengerikan adalah akibat yang mungkin terjadi karena mencairnya gletser-gletser di Himalaya atau di tutupan es Pegunungan Himalaya karena ia adalah sumber dari 7 sungai besar di daerah tersebut, jadi ada Sungai Gangga, Sungai Brahmaputra, Salween, Yellow River, dan lain-lain. Kemudian apa yang terjadi jika tutupan es di Gunung Himalaya ini habis? Maka lebih dari 40% penduduk dunia, sekitar 3 miliar orang penduduk di dunia yang bergantung dari Pegunungan Himalaya sebagai sumber air bersih tentu saja akan kehilangan sumber air bersihnya.
Ini adalah data-data yang dicatat dalam 10 tahun terpanas. Ada tahun-tahun terpanas dan semuanya itu rata-rata di atas tahun 1998. Semakin banyak manusia yang menggunakan bahan bakar fosil maka Bumi ini akan semakin panas. Berikutnya kita lihat adalah apa yang terjadi di India. Temperatur di sana pernah mencapai 50 derajat Celcius. Saya baru saja kembali dari pertemuan Aliansi Petani di Indonesia. Mereka berkata, “Bu, tidak usah jauh-jauh di India, di Indramayu 50 derajat Celcius juga sudah pernah terjadi.” Jadi, ini adalah fenomena global. Ini sudah terjadi di mana-mana. Berikutnya adalah informasi dari apa yang terjadi di Pakistan: 52 derajat Celcius. Tentu saja ini berakibat korban jiwa.
Dan kita lihat lagi selanjutnya adalah, sejak tahun 70-an kekuatan badai menjadi semakin besar. Jadi, badai semakin kuat dan semakin lama berlangsung. Ini adalah studi dari MIT yang dikutip oleh Al Gore. Dan berikutnya adalah, ini gambar dari NASA. Bayangkan, tanggal 2 September 2008, ada 4 badai berturut-turut. Mungkin Ibu-ibu Bapak-bapak pernah melihat akibat dari badai Katrina. Dapat kita bayangkan bagaimana jadinya jika 4 badai ini: Josephine, Ike, Hanna, Gustav, akan berturut-turut menghantam suatu daerah, nah, inilah tanda-tanda dari perubahan iklim tadi. Jadi, potensi badai semakin banyak. Berikut kita lihat adalah korban-korban dari badai tadi. Ini di Greensburg, Kansas – kerusakannya besar sekali. Sekarang, mereka sudah mulai membangun di Green Greensburg. Dan mereka akan menggunakan energi yang berkelanjutan.
Ini semua menunjukkan sebuah fenomena global. Dan ini tidak hanya di Kansas dan di Greensburg saja, tapi juga terjadi di Yogya. Mereka di sana terganggu kegiatan belajar mengajarnya karena terjadi badai. Dan berikutnya ini adalah di dekat Monas, tempat yang belum pernah ada puting beliung sebelumnya. Di kantor Balai Kota DKI juga mengalami hal-hal seperti ini.Yang ini pada bulan April tahun 2009. Banjir dan kekeringan di mana-mana.
Berikutnya adalah Washington State, Kenapa gambar ini saya tayangkan? Karena Washington State adalah tempat kelahiran Bill Gates, salah satu orang terkaya di dunia. Daerahnya juga tidak luput dari kebanjiran. Kemudian berikut, kita lihat lagi ini di Eropa – di sana biasanya tidak pernah terjadi banjir – tapi tetap juga terjadi banjir. Jadi, prasarana di sana juga sangat terganggu. Dan selanjutnya, kita lihat ini di kampung saya di Gorontalo. Kekeringan – para petani mengalami gagal panen. Jadi, banjir dan kekeringan ada di mana-mana.
Dan berikutnya kita lihat bagaimana dampaknya di dunia. Di Indonesia, ini sangat mengenaskan, menurut pendapat saya. Tahun 2008, bencana yang terkait iklim: banjir ada 20%, longsor ada 25%, gelombang ada 13%, puting beliung ada 33% – semuanya rata-rata terkait iklim. Dan berikutnya, kita lihat bagaimana dampak perubahan iklim terhadap pertanian. Ini dapat mengakibatkan sawah tergenang. Tapi, jika kita tinjau lebih jauh lagi, ini dapat mengakibatkan tandus. Ini semua adalah fenomenanya. Jadi, misalnya jika lautan menjadi memanas, ia kemudian akan menguap. Jika ada kecocokan angin dan temperatur, maka akan terjadi badai. Selain itu jika di daratan terjadi pemanasan, maka akan terjadi retakan tanah seperti di bawah ini.
Berikutnya kita lihat dampaknya di bidang pertanian, yaitu terjadi perubahan pola tanam. Ini tentunya juga akan mempengaruhi hasil pangan yang akan kita panen. Berikutnya, kita lihat para petani di daerah tadah hujan yang akan mengubah pola panen atau meninggalkan lahan mereka, jika curah hujannya berkurang atau bertambah. Ada petani yang berkata pada saya, “Kami ingin menjaga agar Bumi ini tidak menjadi semakin panas, tapi tanahnya bukan milik kami.” Mereka hanya penggarap. “Jadi karena kami tidak mempunyai tanah, maka kami terpaksa membuka tanah baru. Kami ingin melindungi Bumi ini, tapi kami tidak mempunyai lahan untuk kami sendiri, sehingga kami terpaksa membuka lahan.” Jadi, kami mendengar banyak sekali cerita-cerita seperti ini.
Selanjutnya kita lihat yang terjadi di Kutub Utara. Juga dari data NASA tahun 1980, seperti ini, berikut kita lihat, tahun 2007 laut es menjadi berkurang, hewan-hewan kehilangan tempat tinggalnya. Di gambar ini, kita lihat apa yang terjadi di di Kutub Selatan. Yang merah ini adalah gambar di Kutub Selatan, ia semakin memanas. Dan apa yang ada di Kutub Selatan? Kalau tadi ada beruang kutub di utara, maka di kutub selatan kita akan lihat penguin di sana juga kehilangan tempat tinggalnya Ini adalah tolak ukur dari kesehatan planet ini. Jadi, jika bagian Bumi utara dan selatan semakin sakit, maka kita yang di daerah khatulistiwa juga akan ketularan.
Berikut kita lihat di negara Maldives. Mungkin ada yang pernah membaca bahwa mereka akan mengadakan sidang kabinet di bawah air, saya pernah bertemu dengan menterinya. Mereka berkata bahwa mereka sebenarnya sudah putus asa. Permukaan laut di sana sudah mulai naik dan daratan mereka hanya satu meter di atas permukaan laut. Dan mereka sedang mencari daratan lain untuk negara baru. Keadaan di sana sudah mengkhawatirkan. Ini adalah sarana-sarana yang terganggu oleh naiknya permukaan laut. Kita lihat berikutnya adalah di Kalkuta, India, yang juga sudah kena efeknya. Ini adalah “Climigration”, atau mereka yang harus mengungsi karena perubahan iklim. Jika air laut naik sampai enam meter, maka pengungsi ini akan mencapai hingga 400 juta orang karena mereka akan kehilangan tempat tinggal, lalu apa yang dapat kita lakukan?
Jadi, kita dapat menyesuaikan diri atau mengubah pola pembangunan atau mitigasi. Kita harus menanggulangi dan mengurangi emisi yang ada. Kalau kita tidak melakukan 2 hal itu, kita akan semakin menderita. Ini adalah contoh-contoh adaptasinya: misalnya, dengan menyesuaikan pola tanam, dan tidak menggali tanah di lereng. Berikutnya, kita akan lihat peta adaptasi yang dibuat oleh para ilmuwan. Jadi, kita akan melihat di daerah mana yang rentan terhadap perubahan iklim. Berikutnya, kita lihat perencanaan adaptasi perubahan iklim untuk pertanian. Pada slide berikut kita lihat contoh mitigasi: kita harus menanam pohon, menghemat energi, dan tidak membakar sampah. Lalu berikutnya kita menggunakan energi berkelanjutan, energi efisiensi, atau yang mengurangi emisi. Kita harus melakukan ini demi bangsa dan negara kita.
Jika Anda dapat melihat titik itu, itulah Bumi kita, ini difoto dari 4,5 miliar kilometer di atas permukaan Bumi. Kita tak ada apa-apanya dalam alam semesta ini. Kita harus melakukan sesuatu. Apalagi bila kita lihat pada slide terakhir bahwa jumlah air bersih di Bumi jika dibandingkan volume Bumi, tersisa titik bulat yang ada di sebelah kiri. Dan kadar udara bersih di Bumi, tersisa titik bulat yang ada di sebelah kanan, bandingkanlah kedua titik tadi itu dengan volume Bumi ini. Jadi kita harus melakukan sesuatu. Assalam walikum warahmatullahi wabarakatuh.
0 komentar:
Posting Komentar